Special News

loading...

Friday, September 18, 2009

Kesadaran (Bag.1)


Semakin kita memahami hidup rasanya semakin sulit dimengerti, kondisi negara, posisi masyarakat, letak keluarga sampai mengecil kembali pada diri sendiri. Ada perasaan yang menekan bahwa selama ini ada yang salah, jalan yang keliru, sekian banyak keadaan yang membelenggu, sampai kemudian menghujam pada diri kita dengan pertanyaan kenapa. Saat melihat diri sendiri memori kita berjalan mengarungi jalan berliku, tikungan, tanjakan yang rasanya terlalu cepat mengantar pada titik sekarang ini.

Begitu tersadar kita seperti baru bangun dari tidur panjang, ada begitu banyak yang terlewat. Ketika itu kita tersentak menyalahkan diri sendiri yang terjebak dan terlena namun tersadar saat usia telah beranjak senja dan hanya mampu berkata seandainya… Bila menengok kekanan, kekiri, kedepan, kebelakang bahkan keatas, kemarahan muncul bahwa tak terhitung yang mendahului kita padahal mereka tak berbeda kemampuan secara khusus dengan kita. Sekian jam, hari, bulan bahkan tahun menempatkan kita pada posisi boneka yang hanya mengikuti lingkungan yang begitu kuat menyeret kita. Mengayun kesana-kemari tapi terkadang kita sadar bahwa kita berada pada posisi yang tidak seharusnya, mengetahui ini seakan kita ingin menjerit sekeras mungkin. Namun kesadaran itu mudah hilang begitu juga kesadaran hari ini yang barangkali akan segera hilang kembali.

Bila begini apalah arti sebuah kesadaran, dan apakah sebuah kesadaran harus senantiasa muncul dan menekan kita untuk selalu berkata tidak dan berjalan pada rel yang seharusnya. Apakah tidak boleh manusia berleha-leha menikmati kosongnya pikiran dan mengistirahatkannya untuk bersantai dan menikmati “hidup” kata sebagian orang. Begitu banyak yang menyarankan, memberi nasehat, menawarkan solusi, menyodorkan analisis dari yang telah masuk kategori pakar, namun apakah dari semua yang terhidang di depan mata kita itu akan memberi jaminan perubahan. Kenapa kita tidak kemudian menjadi pakar bagi diri kita sendiri, karena justru kitalah yang paling mengerti siapa sesungguhnya kita. Apakah dengan menjadi pakar bagi diri sendiri adalah sesuatu yang melanggar, ataukah memang itu akan mengurangi rezeki orang lain yang mendapat berkah dari posisi itu. Padahal mungkin saja mereka yang berada pada posisi sang pemberi solusi adalah orang yang punya banyak waktu untuk berpikir dan mengutak-utik perilaku dan pikiran sesamanya atau bisa dikatakan itulah pekerjaannya dan bahkan bisa disebut merekalah pengangguran yang berpikir menyimpang.

Sedang Belajar

1 komentar:

Anonymous said...

saya terkadang jg bingung memaknai kesadaran itu sendiri. apa yang seharusnya kita lakukan agar setiap kali kita bisa "sadar" dalam melakukan segala sesuatu.

Post a Comment

Please let us know what is your opinion about this news